Minggu, 30 Oktober 2011

Empat Teknik Membuat Tulisan Agar Dibaca Hingga Tuntas

Siapa yang tidak ingin tulisannya dibaca hingga tuntas?

Bayangkan apa yang dialami oleh buah yang dijajakan oleh para pedagang buah. Datang calon pembeli pertama, mencicipi, lalu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun terucap. Pengunjung kedua masuk, mencicipi, ngeloyor lagi. Kalau 2 dari 30 pengunjung seperti itu, mungkin masih wajar. Bagaimana jika 30 dari 30 pengunjung datang, mencicipi, lalu pergi begitu saja?

Lalu bayangkan jika itu yang terjadi pada tulisan anda…

Saya sering mengalaminya. Kecewa sudah pasti, kadang sedih juga—terutama jika tulisan dibuat dengan sungguh-sungguh, melalui riset berhari-hari.

“Jangan berharap pujian dari pembaca,” saran banyak kawan kompasianer. Mirip dengan saran istri saya yang mengatakan, “Kasi minyak kayu putih supaya tidak pening” ketika melihat saya sedang memijat-mijat dahi karena sedang dipusingkan oleh masalah pekerjaan.

Bukan berarti saran itu jelek atau tidak berguna. Malahan sangat bijak, sekaligus masuk akal. Tetapi hanya untuk jangka pendek, sekedar menghilangkan rasa sedih dan kecewa, sekedar menghilangkan rasa pusing.

Setelah rasa sedih dan kecewa hilang, saya harus kembali pada masalah yang sesungguhnya, yaitu: Tulisan saya tidak dibaca dengan tuntas! Saya harus melakukan sesuatu—tidak hanya dengan berbekal “jangan berharap pujian” lalu membuat tulisan yang sama (buruknya) lagi. Jika sampai saya melakukan hal yang sama lagi, itu artinya saya tidak mau belajar. Itu artinya saya ignorant, ujub, sombong.

Untuk mencari solusi, saya mulai berselancar mencari informasi (panduan, tips, artikel) mengenai: TEKNIK MEMBUAT TULISAN AGAR DIBACA SAMPAI TUNTAS melalui blog-blog, website, hingga diskusi di forum-forum.

Beragam saran, tips dan panduan berhasil saya kumpulkan. Berikut ini saya tuliskan 3 teknik yang paling penting saja, PLUS 1 teknik tambahan yang tak kalah bagusnya. Saya pikir, mungkin berguna bagi teman-teman yang sedang belajar seperti saya:

1. Ajak Pembaca Ikut Terlibat Sejak Di Paragraf Pembuka

Ada beberapa teknik membuat paragraf pembuka (dari yang paling dasar hingga mutahir) yang bisa mengajak pemabaca terlibat secara emosional. Diantaranya:

- Ajukan pertanyaan retorika

- Buat lelucon segar atau kutipan terkenal

- Ajak pembaca membayangkan sesuatu

- Sampaikan fakta statistik yang mengaggetkan

Dari semua teknik paragraf pembuka tersebut, yang paling ampuh adalah yang berikut ini:

(a) Tuliskan sesuatu yang sudah pasti akan disetujui oleh pembaca, misalnya: “Saya yakin, kita semua sepakat bahwa berolahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan”; atau “Tak seorangpun menyetujui tindakan meng-‘copy+paste’ tulisan orang lain”. Paragraf pembuka seperti ini secara tidak langsung membangun keakraban dengan pembaca.

(b) Jika memiliki cukup keberanian dan punya dasar pijakan yang kuat, tuliskan sesuatu yang sudah pasti ditolak keras oleh publik pembaca, misalnya: penulis tahu sebagian besar wanita tidak ingin dipolygami, lalu buat paragraf pembuka yang menyatakan hal sebaliknya, “Poligami itu sesungguhnya sehat dan baik”. Pernyataan kontroversi seperti ini, jika dilandasi dengan pijakan dan alasan yang kuat, sudah pasti akan membuat pembaca penasaran untuk terus membaca.

2. Ciptakan Rasa ‘Butuh’ di Kalimat Berikutnya

Begitu berhasil mengajak pembaca terlibat di paragraf pembuka, tugas berikutnya adalah mengajak pembaca pindah ke paragraf berikutnya, yaitu paragraf utama.

Perlu disadari bahwa antusiasisme pembaca mengalami pasang surut—yang paling parah mungkin amblas di tengah jalan. Agar hal itu tidak terjadi, kalimat awal paragraf utama harus mampu meyakinkan pembaca sekalilagi mengenai betapa pentingnya membaca isi paragraf-paragraf berikutnya. Akan rugi jika sampai tidak terus membaca.

Dan, itu bisa dilakukan dengan cara menciptakan rasa butuh bagi pembaca. Misalnya:

“Tetapi, berolahraga saja tidaklah cukup. Tentu anda masih ingat dengan Alamrhum Adji Massaid…(dan seterusnya)” Atau;

“Saya punya alasan dan bukti kuat yang tidak mungkin bisa anda bantah bahwa poligami adalah sehat dan baik”.

Tentunya tergantung topik yang dingkat. Yang paling penting, kalimat di awal paragraf utama tidak saja berfungsi sebagai penghubung yang nyambung, tetapi juga menjadi penguat yang terus-menerus menjaga antusiasime pembaca selalu berada di level tertinggi.

3. Segera Penuhi Janji

Berbagai ekspresi mengenai pentingnya judul tulisan (headline) mungkin sudah pernah kawan-kawan baca. Bagi spesialis pembuat judul tulisan bombastis, judul adalah kecap nomor satu sekaligus kjebakan tikus.

Bagi saya, judul tulisan adalah janji. Janji mengenai apa yang akan diperoleh pembaca jika membaca isi tulisan. Jangan buat pembaca kecewa. Penuhi hal yang dijanjikan pada judul tulisan. Dan lakukan itu dengan segera. Jika terlalu lama diulur, pembaca akan kecewa.

Buat kalimat transisi yang jelas menyatakan bahwa apa yang telah dijanjikan di judul tulisan akan segara dipenuhi, sesaat lagi (mungkin di paragraf berikutnya). Misalnya:

“Selanjutnya saya akan sampaikan 10 hal penting yang wajib dijaga agar anda tetap sehat, selain berolahraga”. Atau;

“Berikut ini adalah alasan dan bukti mengapa poligami adalah sehat dan baik”.

4. Buat Penutup Yang Manis

Setelah pembaca memperoleh apa yang mereka cari di paragraf utama, seharusnya pemabaca merasa puas (adalah tugas penulis untuk memastikan hal itu). Tugas selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah membuat rasa puas itu berubah menjadi rasa ‘manis’.

Ada beberapa varian teknik untuk membuat penutup yang manis. Saya tidak pelu sebutkan satu persatu, yang paling penting penutup hendaknya memberi nilai tambah, bonus, atau sejenisnya. Janji manfaat yang ingin anda share selanjutnya juga bisa. Untuk jenis tips, mencantumkan precaution, kontra indikasi, atau disclaimer juga bagus. Semua itu dimaksudkan untuk menciptakan rasa kebersamaan, kedekatan, persahabatan, hingga rasa cinta terhadap pembaca.

Itulah 4 teknik membuat tulisan yang dibaca hingga tuntas, yang berhasil diintisarikan dari berbagai tips yang pernah saya temukan selama masa pencarian.

Setelah itu, saya berpikir: “Apakah membuat tulisan dibaca hingga tuntas saja sudah cukup? Tidak inginkah memperoleh kunjungan kembali? Bagaimana caranya?” Bagi teman kompasianer yang baru saja tiba di ibukota kembali—setelah seminggu berada di kampung halaman tercinta, selamat beristirahat. ~Gusti Bob

================================================================

Update: Atas saran Mbak Linda, kata ‘tehnik’ di judul maupun dibagian lain, saya ganti menjadi ‘teknik’.


Sumber:
Gusti Bob

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Di sini!

Join Seperti Mereka

radio streaming shoutcast murah indonesia, jasa pembuatan radio streaming, cara membuat radio streaming
// -->
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More